Senin, 06 Juni 2011

| |
0 komentar

HIDROPONIK

terbatasnya lahan produktif saat ini tidak lagi menjadi kendala dalam mengusahakan pertanian indoor maupun outdoor. Meskipun sistem hidroponikbukan teknologi baru lagi bagi kita, namun justru kini telah menjadi trend tatkala media tanah yang produktif semakin berkurang. Selain tidak memakan tempat yang luas, juga ditengarai sistem ini mudah perawatannya serta lebih menguntungkan.

Bertanam dengan sistem hidroponik, dalam dunia pertanian bukan merupakan hal yang baru. Namun demikian hingga kini masih banyak masyarakat yang belum tahu dengan jelas bagaimana cara melakukan dan apa keuntungannya. Untuk itu dalam tulisan ini akan dipaparkan secara ringkas dan praktis bertanam dengan cara hidroponik.

Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman.

Dimanapun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut unsur hara (nutrisi), untuk kemudian bisa diserap tanamanan. Dari pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, dimana yang ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi (hara) sebagaimana yang telah disampaikan dimuka.

Bahan-bahan untuk Hidroponik

Pot yang ukuran besarnya disesuaikan dengan tanaman yang akan dijadikan maskot, bisa berupa tanaman sayur seperti terong dan sebagainya. Bisa juga tanaman tahunan seperti kedondong, jambu ataupun juga bunga-bungaan. Pot yang digunakan sebaiknya pot bertingkat, yang dilengkapi dengan wadah penampung air dibagian dasarnya.
Bahan pot dapat dari tanah liat dan juga plastik, keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Pot dari tanah liat misalnya memiliki keunggulan mampu menjaga stabilitas temperatur media, akan tetapi cepat berlumut dan mudah rusak. Sementara pot dari plastik lebih awet namun tidak bisa melewatkan air dari dinding potnya sehingga stabilitas media tidak stabil.

Kemudian sebagai media tanam diantaranya dapat digunakan pasir, batu apung putih, batu zeolit, pecahan batu bata, batu kali dan kawat kasa nilon. Untuk menjaga sterilitas bahan, sebaiknya semua bahan direbus dulu sebelum dijadikan media tanam. Sedangkan tanamannya, diambil tanaman yang telah tumbuh didalam polybag dan siap direplanting kedalam pot.

Cara Penanaman

Apabila semua bahan sudah siap, pertama-tama ambil kawat kasa nilon letakkan didasar pot. Kemudian masukkan pecahan batu bata selapis, diatasnya diberi batu apung dan batu zeolit hingga sepertiga bagian dari pot yang digunakan. Setelah itu, ambil tanaman yang siap dipindahkan dari polybag ke pot, caranya bersihkan akar tanaman yang selama ini sudah tumbuh di polybag tersebut dengan cara melarutkan media tanamnya (tanah) kedalam air.
Setelah akar-akarnya kelihatan bersih, kemudian kita amati kembali akar tersebut. Bila ditengarai ada akar yang rusak ataupun terlalu panjang (disesuaikan dengan besarnya tanaman maskot dan pot) sebaiknya dipotong. Demikian juga untuk daunnya, apabila terlalu rimbun perlu untuk dikurangi. Kemudian bibit ditanam dalam pot yang sudah terisi bahan sepertiga bagian dan lanjutkan penambahan media tanam hingga dua pertiga bagian pot.
Langkah selanjutnya isilah pot bertingkat tersebut dengan nutrisi yang dibutuhkan (sesuai paparan dibawah). Sedang untuk pertama kalinya, tanaman perlu pengerudungan dengan plastik transparan selama dua minggu, letakkan ditempat yang teduh.

Formulasi Kebutuhan Nutrisi

Pemenuhan kebutuhan nutrisi bisa anda peroleh dengan cara memberi berbagai macam pupuk khusus hidroponik dengan formulasi tertentu yang banyak tersedia ditoko-toko pertanian. Dalam fase awal pertumbuhan perlu perawatan secara rutin, misalnya dipagi hari tanaman perlu dikenakan sinar matahari. Kemudian juga perlu pemupukan secara rutin dalam setiap dua hingga lima hari sekali. Gunakan pupuk NPK Grand S 15 sebanyak satu sendok makan untuk kemudian larutkan kedalam sepuluh liter air. Masukkan larutan pupuk ini kedalam pot dasar sesuaikan dengan ketersediaan air dalam pot.

Sebagaimana dalam paparan dimuka, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bisa juga dilakukan dengan pemberian pupuk tambahan. Yang pemenuhannya bisa melalui daun, misalnya disemprot dengan Mamigro ataupun tambahan pupuk mikro Fitomic dengan aplikasi seminggu sekali.

Mengenai kebutuhan nutrisi dalam teknik hidroponik, Soedarsono salah seorang civitas akademika dari IPB Bogor juga pernah menentukan sebuah formula sebagai berikut : Kebutuhan unsur makro dapat dipenuhi dengan 6 gram urea, 9 gram SP36, 5 gram 2K, 5 gram garam inggris (MgSO4) dan 7,5 gram kapur (kalsium karbonat).

Sedangkan unsur mikronya dapat dipenuhi dengan 2,86 gram asam boraks, 0,22 gram asam sulfat, 2.03 gram mangan sulfat, 0.08 gram terusi, 0.02 asam molibdad dan 7.5 gram Fechelat. Cara pengaplikasiannya seperti dalam penggunaan NPK Grand S 15, yakni semua unsur baik makro maupun mikro dilarutkan kedalam 10 liter air.

Keuntungan teknik hidroponik

Untuk keperluan hiasan, pot dan tanaman akan selalu bersih sehingga peletakan tanaman dalam ruangan akan lebih fleksibel. Sehingga untuk mendisign interior ruangan rumah akan bisa lebih leluasa dalam menempatkan pot-pot hidroponik. Bila tanaman yang digunakan adalah tanaman bunga, untuk bunga tertentu bisa diatur warna yang dikehendaki, tergantung tingkat keasaman dan basa larutan yang dipakai dalam pelarut nutrisinya.

Penggunaan tanaman buah-buahan seperti kedondong bangkok misalnya, menurut Santosa HB.,(2001), akan bisa menghasilkan penampakan tanaman yang dapat berbuah lebat sepanjang waktu. Kuncinya adalah dengan mengatur C/N ratio, yakni melalui pemangkasan pada cabang, batang dan daun yang tumbuh berlebihan. Disamping, pemangkasan juga akan merangsang pembungaan dan pembuahan.


Petunjuk Proses
a. Konstruksi Rumah Kaca
Untuk menekan biaya, maka kerangka rumah plastik dibuat dari bambu, berukuran panjang 6,5 m, lebar 20 m, dan tinggi 3 m, dengan spesifikasi teknis untuk setiap unit rumah kaca seperti pada Gambar 1. Lapisan
atap rumah kaca dibuat dari plastik ultra violet dan dinding ditutupi dengan paranet 60% atau kasa serangga (insect net). Lantai rumah kaca, apabila memungkinkan diplester atau ditutupi dengan plastik mulsa untuk menghindarkan lantai menjadi becek. Prinsip dasar rumah kaca tersebut adalah bahwa cahaya matahari tetap dapat masuk, namun lingkungan di dalam rumah kaca terlindung dari gangguan unsur luar.
b. Perlengkapan Hidroponik
Perlengkapan hidroponik seluruhnya diletakkan di dalam rumah kaca. Pada prinsip-nya terdiri dari perlengkapan media tumbuh tanaman (polybag, arang sekam, tali perambat), perlengkapan suplai air (pompa air, tangki pencampur pupuk, pipa distribusi, filter), dan perlengkapan alat ukur (pH meterConductivity meter, termometer dll). Rincian jenis dan jumlah perlengkapan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2,3 dan 4.
c. Proses Budidaya
Hidroponik pada umumnya dimanfaatkan untuk memelihara tanaman hortikultura (sayur dan buah) yang bernilai ekonomis tinggi. Pada percontohan yang diterapkan BPPT di Kabupaten Kuningan dan Bekasi, komoditi yang dipelihara adalah tomat, paprika, timun, melon dan cabe merah. Prinsip pemeliharaan untuk setiap jenis tanaman adalah sama, hanya berbeda pada komposisi pupuk yang diberikan. Proses budidaya diawali dengan persiapan media tanam berupa arang sekam. Arang sekam tersebut dibuat dengan “menyangrai” (membakar di atas lapisan seng) sekam padi hingga membentuk arang. Arang sekam tersebut kemudian dimasukkan ke dalam polibag kecil sebagai media penyemaian benih, dan polibag besar (30 cm x 30 cm) untuk proses pembesaran. Penyemaian benih dilaksanakan di tempat tersendiri (di dalam rumah kaca) sampai berumur 2 minggu dengan perawatan secara manual. Benih yang digunakan sedapat mungkin benih unggul yang dijual dalam kemasan khusus. Selanjutnya bibit yang telah siap tanam, dipindahkan ke dalam media tumbuh dalam polibag besar dan siap dibesarkan.
Sementara penyemaian dilakukan, instalasi tangki, pompa dan pipa irigasi dipersiapkan dengan cara menghubungkan tangki air dengan seluruh polibag besar menggunakan pipa PE (lihat Gambar 2). Kunci keberhasilan budidaya hortikultura sistem hidroponik adalah pada pemberian komposisi pupuk yang tepat, sesuai dengan jenis dan umur tanaman. Untuk itu, unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasokkan ke media tumbuh secara terukur dan berkala dengan sistem drip irrigation, yaitu dengan menggunakan pompa dan pipa-pipa yang telah dipersiapkan. Selain itu, perlakuan khusus seperti pemangkasan dahan/ranting yang tak berguna, pembuatan tali rambatan, pencegahan dan pemberantasan hama perlu dilakukan secara teliti. Pemangkasan bakal buah pun perlu dilakukan agar buah yang disisakan untuk dipanen benar-benar tumbuh dengan optimal karena mendapat makanan yang cukup. Lama masa pemeliharaan sangat tergantung jenis tanaman. Sebagai gambaran, tanaman tomat dipanen setelah berumur 4 bulan, paprika 5 bulan, melon 3 bulan dan timun 3 bulan. Proses pemanenan dilakukan secara manual dengan memilih buah yang telah benar-benar masak. Artinya, proses pemanenan dapat dilakukan tidak sekaligus, melainkan secara bertahap selama 1-2 minggu. Komposisi pupuk yang diberikan kepada tanaman dibedakan antara masa pembibitan, masa pertumbuhan dan masa pembuahan. Untuk masa pembibitan, pupuk diberikan setelah tumbuh daun asli dengan frekuensi 3 hari sekali, yaitu TSP 10g/20 l air dan NPK 20 g/20 l air. Sementara itu untuk masa pertumbuhan dan pembuahan, pemberian pupuk dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pemberian pupuk dalam masa pertumbuhan
No
Jenis
Pupuk
Masa Pertumbuhan
(g/1000 l)
Masa Pembuahan
(g/1000 tanaman)
1.
KNO3
250
250
2.
TSP
250
200
3.
Ca(NO3)2
250
250
4.
MgSO4
200
300
5.
NPK
250
300
6.
H3BSO4
140
140
7.
FeSO4
100
140
8.
MnSO4
100
100
9.
ZnSO4
20
20
10.
CuSO4
4
4
11.
ZA
-
100



Gambar 3. Contoh tanaman tomat sistim hidroponik yang telah siap panen di Kabupaten Kuningan

 Tabel 2. Biaya Investasi (Untuk 1000 tanaman, 240 m2)
No
Uraian
Jumlah Unit
Harga/Unit
Total
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kerangka Bangunan Bambu
Plastik Ultra Violet
Insect Net
Plastik Mulsa
Biaya Pembuatan Bangunan
Polybag
Arang Sekam
Sistem Irigasi (Pompa,tangki, pipa dll)
240 m2
100 kg
5 roll
1 roll
1 paket
60 kg
300 karung
240 m2
Rp 20.000,-
Rp 21.000,-
Rp 300.000,-
Rp 350.000,-
Rp 1.000.000,-
Rp 5.000,-
Rp 2.000,-
Rp 10.000,-
Rp 4.800.000,-
Rp 2.100.000,-
Rp 1.500.000,-
Rp 350.000,-
Rp 1.000.000,-
Rp 300.000,-
Rp 600.000,-
Rp 2.400.000,-


Total Biaya Investasi


Rp13.050.000 ,-

 Tabel 3. Biaya Produksi / Siklus (3 – 5 bulan)
No
Uraian
Jumlah Unit
Harga/Unit
Total
1.
2.
3
4.
Bibit Tanaman
Pupuk dan obat-obatan
Biaya listrik
Upah tenaga Kerja
1 paket
1 paket
5 bulan
5 bulan
Rp 100.000,-
Rp 1.200.000,-
Rp 20.000,-
Rp 120.000,-
Rp 100.000,-
Rp 1.200.000,-
Rp 100.000,-
Rp 600.000,-

Total Biaya Produksi


Rp 2.000.000,-

Tabel 4. Perkiraan Pendapatan Kotor / siklus
Uraian
Alternatif 1
Paprika (5 bl)
Alternatif 2
Tomat (4 bl)
Alternatif 3
Melon (3 bl)
Alternatif 4
Timun (3 bl)
Produksi / Tanaman
1,5 kg
4,0 kg
1,5 kg
3,0 kg
Jumlah Tanaman
1000
1000
1000
1000
Total Produksi
1500 kg
4000 kg
1500 kg
3000 kg
Harga jual /kg
5000
1500
3000
1500
Pendapatan Kotor (Rp)
7.500.000,-
6.000.000,-
4.500.000,-
4.500.000,-

Read More

Sabtu, 27 November 2010

| |
0 komentar
ALQUR’AN DAN IPTEK (BIOLOGI)

LATAR BELAKANG

Paradigma kemajuan Ilmu Pendidikan dan Teknologi (IPTEK) saat ini, seringkali membuat manusia merasa bahwa dirinya melebihi kepintaran siapapun. Padahal, sungguh tak dapat dan tak boleh diragukan lagi bahwasanya, hanya Allah SWT lah yang pantas mengatakan dirinya paling pintar dan paling segalanya diatas bumi ini. Al Qur’an adalah salah satu bukti dari kedigdayaannya Allah SWT. Karena Segala Ilmu yang ada diseluruh Alam semesta semuanya telah dibahas di dalam Al Qur’an.

Al Qur’an sebagai kitab terakhir yang diwahyukan Allah SWT kebumi ini, disebut pula sebagai kitab penyempurna dan paling sempurna diantara kitab-kitab lain yang diturunkan sebelumnya. Maka selayaknyalah kita sebagai muslim menjadikan kitab Al Qur’an ini sebagai kitab panutan kita dalam segala tindakan, termasuk ketika kita mencari ilmu pengetahuan.

Seringkali para Ilmuan barat menjadikan beberapa teori para filsuf sebagai landasan teori bagi mereka, dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Padahal bila diteliti lebih baik, teori-teori para filsuf itu, hanyalah sebuah teori dari hasil rasionalisasi otak manusia yang serba terbatas, kualitas dan kapasitasnya pun sulit dijamin 100 %.Dengan melihat kasus diatas, akan timbul sebuah pertanyaan besar dalam benak kita. Bahwa teori apakah yang bisa dijadikan pondasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan ?. Maka dengan pertanyaan tersebut, haruslah ada keterbukaan bagi para ilmuan untuk lebih jauh menelaah keterkaitan antara Al Qur’an dengan fenomena-fenomena ilmu pengetahuan. Dengan inipun penulis mencoba membahas beberapa keterkaitan antara Al Qur’an dan IPTEK khususnya dalam bidang ilmu BIOLOGI.


AL QUR’AN DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

Al Qur’an Sebuah Logika yang Mempunyai Prinsip dan Landasan

Sebenarnya ada beberapa ilmuan barat dan para ateis yang mempercayai dan mengegumi kebesaran Al Qur’an. Akan tetapi, sayangnya secara logika, mereka masih meragukan sumber aslinya. Allah SWT sendiri, Dzat yang menurunkan Al Qur’an telah mempergunakan berbagai macam dalil dan argumen untuk meghilangkan keraguan itu.

Sesungguhnya orang-orang yang tidak percaya dengan kebesaran Rabb, orang-orang yang tidak mau menerima kebenaran, dan orang-orang yang meragukan ayat-ayat Allah SWT. Mereka adalah orang-orang yang memperoleh dan mengenyam pendidikan serta keilmuan tinggi. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan, apabila mereka mengenggap diri mereka sebagai pemikir yang ulung. Akan tetapi, pada hakikatnya, mereka itu adalah orang-orang kerdilyang dangkal pemikirannya. Mereka layaknya seperti orang kerdil yang mengalami pertumbuhan badan yang tidak sempurna pada salah satu anggota tubuhnya. Seperti, umpamanya, kepalanya besar sedangkan tubuhnya kecil dan pendek. Allah SWT pasti akan bertanya kepada mereka. Namun, sebelum kita menerangkan pertanyaan Allah SWT tersebut, maka terlebih dahulu ada pertanyaan yang akan menghadang mereka.

Para ilmuwan tersebut, meskipun sebenarnya mereka juga membutuhkan sesuatu yang bersifat spiritual, tetapi mereka akan merasa lebih “nyaman” apabila mereka mempergunakan logika dan pengetahuan mereka, pasti akan langsung menjawab, “Sebenarnya, terciptanya alam semesta ini sudah dimulai sejak jutaan tahun yang silam, yaitu manakala alam ini masih berbentuk satu gumpalan yang maha besar. Setelah itu, terjadilah peristiwa ledakan besar, atau yang lebih populer disebut sebagai big bang, di pusat gumpalan besar tersebut. Kemudian bagian-bagian gumpalan itu ber serakan di pelbagai arah. Dari peristiwa ledakan besar tersebut, maka mulai terbentuklah berbagai galaksi, susunan tata surya, matahari, planet, meteor, bintang-gemintang dan lain sebagainya. Sejak saat itu, yaitu setelah terjadinya ledakan besar tersebut, tidak pernah lagi terjadi suatu perubahan apapun pada alam semesta ini. Maka, mulailah bintang-bintang dan planet-planet berjalan pada rotasinya masing-masing.”

Setelah mendengarkan penjelasan tentang terjadinya alam semesta dan luar angkasa dari para ilmuwan tersebut, pada suatu kesimpulan bahwasanya para penganut paham materialisme itu secara tidak langsung telah mengambil pengetahuannya dari Al-Qur’an surat Yaasiin yang artinya sebagai berikut:

“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sam pai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagi bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan matahari tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya” (Yaasiin: 38-40)

Ilmuwan yang tidak percaya kepada Rabb -Nya (ateis) menjelaskan. “Bumi yang kita tempati ini, “katanya, sebenarnya terus berkembang. Benda-benda angkasa, seperti bintang-bintang dan planet-planet lain, akan terus menjauhi bumi kita dengan tingkatan rata-rata yang selalu bertambah. Bahkan, ada bintang yang jaraknya dari bumi kita diukur dengan kecepatan rata-rata cahaya. Maka tidak heran, apabila ada beberapa benda angkasa yang tidak dapat kita lihat secara langsung. Oleh karena itu, kita harus membuat beberapa teleskop yang lebih besar dan handal dari yang sebelumnya hingga kita dapat mempelajari benda-benda angkasa tersebut secara intensif. Sebab, kalau kita tidak mengupayakannya sesegera mungkin, maka pada akhirnya kita akan kehilangan “kontak” dengannya.”

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak menge tahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah satu yang berpadu, kemudian kami pisahkan antara keduanya.” (al-Anbiyaa: 30)

Semakin naik kelangit semakin sedikit kadar oksigen sehingga kita sesak bernafas.

"Barangsiapa dikehendaki Allah diberi petunjuk, niscaya Allah akan melapangkan dadanya untuk berserah diri (kepada Allah). dan barangsiapa yang dikehendaki sesat, maka Allah menjadikan dadanya sempit dan sesak seolah-olah ia naik kelangit" [Al An'am :125]

Dari siapakah Muhammad saw tahu kalau kita naik kelangit akan sesak nafas kita karena kekurangan oksigen? Ayat ini turun 14 abad yang lalu yang belum ada penelitian tentang langit.

BEBERAPA PEMBUKTIAN KETERKAITAN AL QUR’AN DAN ILMU PENGETAHUAN DALAM BIDANG BIOLOGI
a. Teori Bigbang

Sesungguhnya kalimat “orang-orang yang kafir” pada ayat Al-Qur’an yang telah disebut di atas al-Anbiyaa: 30 ditujukan kepada para ilmuwan geologi, astronomi, dan ruang angkasa! Karena, setelah kalian memperoleh penemuan ilmiah yang amat menakjubkan ini, kemudian kalian persembahkan kepada umat manusia, tetapi – sayangnya – kalian belum dapat mengetahui siapa penciptanya?
Thomas Carliel pernah berkata, “Dengan berbagai ilmu pengetahuan yang kita miliki, ironisnya, kita sengaja melupakan Sang Pencipta dalam laboratorium penelitian kita ini.”
Maka, bagaimana mungkin Muhammad Rasul dan utusan Allah yang lahir di tanah padang pasir itu, akan terlebih dahulu mengetahui dan memahami penemuan ini sejak 1400 tahun yang silam, jikalau tidak ia memperoleh informasinya langsung dari Allah SWT, Dzat Pencipta ledakan besar tersebut?

b. Asal Usul Kehidupan

Menurut para ilmuan Biologi Anda asal usul ke hidupan di dunia ini. Sebenarnya, sejak milyaran tahun yang silam, bahan sel protoplasma (zat hidup pada tumbuhan dan hewan pen) pertama telah terbentuk di dasar laut. Setelah itu, berangsur-angsur terciptalah amuba (binatang bersel satu tanpa bentuk tetap, pen). Dan dari lumpur yang terdapat di dasar laut inilah berawal semua makhluk hidup dan kehidupan di dunia ini. Atau dengan kata lain, kehidupan di dunia ini berasal dari air, yaitu air laut.”
Para ilmuan telah menyatakan kepada khalayak ramai bahwa telah meneliti asal usul kehidupan di dunia ini. Akan tetapi, ironisnya, ia melupakan atau mungkin berpura-pura lupa – Sang Pencipta kehidupan itu, yaitu Allah.

“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (al-Anbiyaa: 30)

Lebih dari itu, Allah telah menerangkan secara terperinci penjelasan ayat tersebut di atas pada surat lain yang berbunyi sebagai berikut:

“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(an-Nuur: 45)

Jika diperhatikan kalimat-kalimat dari ayat Allah tersebut di atas dengan seksama, maka kita akan memahami bahwasanya kalimat-kalimat tersebut di atas sepertinya memang sengaja ditujukan kepada , para ilmuwan, sebagai reaksi atas aliran skeptisme yang dianut selama ini. Dan sebenarnya, kalimat-kalimat pada ayat tersebut telah lama bergaung di daerah padang pasir sejak seribu empat ratus tahun yang silam.
Sesungguhnya, Allah dengan ayat- ayat ini, mengajak kita berdialog, “Mengapa kamu hai para ilmuwan tidak percaya kepada-Ku? Pada hakikatnya, kamulah sebagai pelopor yang menganjurkan orang lain untuk percaya kepada -Ku. Tetapi, malah sebaliknya, kamulah orang -orang yang pertama mengingkari keberadaan-Ku. Apakah yang melalaikanmu, hingga mata hatimu terpedaya untuk melihat kebenaran hakiki melalui perantaraan ilmumu?”

c. Angin membantu penyerbukan Tanaman.

Ilmu biologi modern mengemukakan bahwa sarana pernyerbukan/perkawinan tanaman ada beberapa macam. Ada penyerbukan dengan bantuan serangga semisal lebah dan kupu-kupu, ada juga yang menggunakan bantuan angin. Angin meniupkan spora-spora tanaman dan membawanya pada tanaman lain. 1400 tahun yang lalu Al Qur'an mengemukakan fakta ilmiah tersebut yang mana ilmu Biologi tentang hal ini baru diketemukan beberapa tahun yang lalu.

“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya. [Al Hijr (15):22].

d. Cita Rasa Ajaib Yang Berasal Dari Tanah

Semua hal yang Allah ciptakan sangat sempurna. Contohnya, sebuah pohon buah atau jenis pepohonan lainnya, memiliki tingkat kecerdasan tinggi yang bahkan hingga saat ini pengetahuan serta teknologi mana pun belum ada yang sanggup menandinginya.

Jika kita mencoba untuk membentuk dedaunan pohon tiruan, pastilah kita membutuhkan usaha yang keras, dan adalah hal yang mustahil bagi kita untuk menghasilkan rasa seperti yang dihasilkan oleh pepohonan tersebut. Belum ada satu pun penemuan yang bisa menumbuhkan buah dari tanah. Satu hal yang bisa dihasilkan saat ini adalah baunya. Kita bisa menghasilkan bebauan setelah melalui proses yang sulit di dalam laboratorium. parfum juga dihasilkan dengan cara ini. tetapi parfum sendiri tidak sepenuhnya menggunakan bahan tiruan tetapi menggunakan sari tumbuhan dengan bau yang begitu sedap, manusia tidak mempunyai kemampuan untuk menghasilkan bau seperti yang dihasilkan pepohonan atau tanaman , apapun jenis teknologi dan pengetahuan yang ada saat ini. Untuk itulah pepohonan memiliki tingkat kecerdasan, pengetahuan dan teknologi yang tidak bisa dimiliki manusia.

Hanya ada satu penjelasan dari situasi ini : Allah Yang Maha Perkasa, yang memiliki kesempurnaan dan kebijaksanaan tinggi, pengetahuan tak terbatas, dan kekuatan untuk menciptakan pepohonan. Salah satu tugas dari pepohonan adalah menyediakan buah untuk manusia dan mereka memenuhi tugas tersebut dengan sangat sukses, semenjak pertama kali Allah menciptakan mereka. mereka menyediakan hal yang paling lezat dan sedap yang bisa dimakan dari sesuatu yang tidak sedap seperti tanah. Allah menyatakan dalam ayat :

"Dan suatu tanda (kebesaran ALLAH) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari itu (biji-bijian) itu mereka makan. Dan Kami Jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami Pancarkan padanya beberapa mata air, agar mereka dapat makan buahnya, dan dari hasil usaha tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur? (Surat Ya Sin 33-35)

e. Tiga kegelapan yang dilalui bayi dalam kandungan.

"Allah menciptakan kamu didalam perut Ibu mu tahap kejadian demi tahap kejadian didalam gelap yang tiga". [Az Zumar(39):6]

Perlu diketahui bahwa bayi yang terdapat dalam rahim ibunya di lindungi oleh tiga lapisan selaput halus tapi kuat. selaput itu adalah Amnion membrane, Decudea membrane, dan Chorion membrane. Dokter itu terpesona karena mengetahui ayat itu turun 14 abad yang lalu, disaat bangsa Eropa dan amerika tenggelam dalam kebodohan. Dari mana! Muhammad saw tahu bahwa dalam rahim ada tiga kegelapan yang harus di lewati si bayi, yaitu tiga selaput membrane tersebut?

f. Bangun Dari Tidur Adalah Karena Kehendak Allah

Sebagaimana diungkapkan dalam Al Quran, setiap makhluk yang bernyawa pasti merasakan mati. Kematian akan datang di waktu yang tidak terduga. Waktu kematian setiap manusia – tahun, bulan, hari, jam, dan detik – telah diputuskan dalam Pandangan Allah yang Maha Besar. Tidak ada cara untuk mempercepat atau menunda datangnya kematian. Allah akan mengambil kembali jiwa kita dengan cara yang dikehendakiNya, menggunakan sebab yang natural seperti sakit untuk beberapa orang, kecelakaan lalu lintas untuk yang lain, atau usia lanjut dan lain sebagainya. Dan jika Dia telah berkehendak, kematian pun dapat datang di saat kita tertidur.

Dalam Al Quran, Allah yang Maha Besar mengungkapkan:

“Dan Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umurmu yang telah ditetapkan. Kemudian kepada-Nya tempat kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Surat Al-An’am ayat 60)

Dalam ayat ini Allah mengungkapkan bahwa tidur merupakan salah satu jenis “Kematian”. Allah mematikan kita dalam tidur dan membangunkan kita lagi ketika Dia menghendakinya. Tetapi ketika kita tidur, tidak ada jaminan bahwa kita akan bangun kembali. Beberapa orang ditakdirkan untuk mati dalam tidurnya. Allah mengambil jiwa orang-orang yang dikehendaki-Nya ketika mereka tertidur, dan mengizinkan yang lain untuk bangun kembali di waktu yang ditentukan:

“Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur, maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir. (Surat Az-Zumar ayat 42)


Kita bangun dari tidur karena kehendak Allah. Ada orang yang memasang jam alarm untuk bangun di waktu yang ditetapkan. Ada yang menganggap bahwa dia akan terbangun setelah mendengar alarm berbunyi. Tetapi kenyataannya hanya Allah, Tuhan semesta alam, Yang membuat alarm berbunyi. Yang mengizinkan kita untuk mendengarnya, Yang mengembalikan jiwa kita dan kepada-Nya semua rasa syukur berpulang.

g. Gambar Embrio Buatan Haeckel Adalah Pemalsuan

Dalam bukunya tahun 1868 Natürliche Schöpfungsgeschichte (Sejarah Penciptaan Alamiah) Ernst Haeckel menjelaskan bahwa ia telah membuat berbagai macam perbandingan menggunakan embrio manusia, monyet dan anjing. Gambar-gambar yang ia hasilkan berupa embrio-embrio yang hampir serupa. Berdasarkan gambar-gambar ini, Haeckel lalu menganggap bahwa makhluk-makhluk hidup tersebut memiliki asal-usul yang sama.

Tetapi keadaan sebenarnya sangatlah berbeda. Haeckel telah membuat gambar hanya dari sebuah embrio, dan kemudian membuat embrio manusia, monyet dan anjing dari gambar tersebut dengan melakukan perubahan-perubahan yang sangat kecil. Dengan kata lain, hal tersebut adalah sebuah kebohongan.
Itulah yang dikemukakan sebagai “karya ilmiah” (!) yang dikutip oleh Darwin sebagai rujukan dalam bukunya The Descent of Man (Garis Keturunan Manusia). Pada kenyataannya, sebagian orang telah menyadari bahwa gambaran Haeckel adalah sebuah penyimpangan bahkan sebelum Darwin menulis bukunya. Menyusul pemaparan kebohongan tersebut, Haeckel sendiri telah mengakui kebohongan ilmiah besar yang telah ia lakukan.

Walaupun penipuan itu telah terbongkar, Darwin dan para pakar biologi yang mendukungnya terus menganggap gambar-gambar Haeckel sebagai sumber rujukan. Dan itu semakin membuat Haeckel bersemangat. Pada tahun-tahun berikutnya dia membuat serangkaian gambar perbandingan embrio selanjutnya. Ia menyajikan gambar-gambar yang menunjukkan embrio-embrio ikan, salamander (sejenis kadal amfibi), kura-kura, ayam, kelinci, dan manusia secara berdampingan. Sisi yang layak dicermati tentang hal ini adalah bagaimana embrio-embrio dari makhluk-makhluk hidup yang berbeda ini pada awalnya sangat menyerupai satu sama lain dan secara bertahap berubah menjadi semakin berbeda seiring proses perkembangannya.

Kemiripan antara embrio manusia dengan embrio ikan pada khususnya sungguh sangatlah mencolok. Begitu hebatnya sehingga “insang” bohongan dapat terlihat pada gambar embrio manusia, sebagaimana terlihat pada embrio ikan. Dengan kedok ilmiah yang dia berikan pada gambar-gambar ini, Haeckel mengajukan “ teori rekapitulasi”nya: Ontology Repeats Phylogeny (Ontologi Mengulangi Filogeni). Arti dari slogan itu adalah sebagai berikut; menurut Haeckel, selama proses perkembangan yang dialami di dalam telur atau rahim induk, semua makhluk hidup mengulang “sejarah evolusi” spesiesnya, dari awal permulaan sekali. Sebagai contoh, embrio manusia di rahim ibu pertama-tama menyerupai ikan dan kemudian, pada minggu-minggu berikutnya, menyerupai salamander, reptil dan mamalia, dan pada akhirnya “berevolusi” menjadi manusia.


Pada tahun 1900-an ahli embriologi Inggris Michael Richardson meneliti embrio vertebrata dengan mikroskop dan menyimpulkan ketidakmiripan dengan gambaran Haeckel. Menindaklanjuti penelitian mereka, Richardson dan timnya menerbitkan foto-foto asli embrio-embrio di jurnal Anatomy and Embryology terbitan Agustus 1997. Terlihat bahwa Haeckel telah mengambil bermacam-macam rancangan pola dan mengubahnya dengan berbagai cara agar embrio-embrio tersebut menyerupai satu sama lain. Dia menambahkan organ-organ khayalan pada embrio, menghilangkan organ dari embrio yang lain dan menggambarkan embrio-embrio yang berbeda ukuran sebagai embrio yang memiliki skala sama. Celah yang digambarkan Haeckel sebagai insang pada embrio manusia nyatanya tidak ada hubungannya sama sekali dengan insang. Celah itu sebenarnya adalah saluran telinga bagian tengah dan permulaan dari kelenjar paratiroid dan kelenjar timus. Embrio-embrio tersebut pada kenyataannya sama sekali tidak menyerupai satu sama lain. Haeckel telah membuat segala macam pengubahan pada gambaran-gambarannya.

Tidak hanya Haeckel telah menambahkan atau menghilangkan ciri-ciri, papar Richardson dan rekan-rekannya, tetapi ia juga telah memalsukan ukurannya untuk membesar-besarkan kemiripan antara spesies-spesies, bahkan ketika terdapat perbedaan 10 kali lipat dalam ukuran. Haeckel lebih lanjut mengaburkan perbedaan dengan cara tidak menamai spesies dalam kebanyakan kasus, seolah-olah satu sampel cukup akurat untuk mewakili seluruh kelompok hewan. Dalam kenyataannya, Richardson dan rekan-rekannya mencermati, bahkan embrio-embrio yang berkerabat dekat seperti embrio-embrio ikan sedikit berbeda dalam tampilan dan alur perkembangannya. “Sepertinya, itu (gambar-gambar Haeckel) menjadi salah satu pemalsuan paling terkenal dalam bidang biologi,”

KESIMPULAN

Al Qur’an sebagai kitab suci ummat Islam, seringkali diragukan dalam hal keterkaitannya dengan ilmu pengetahuan. Hal ini tentulah menjadi suatu tantangan tersendiri bagi ummat islam untuk menelaah lebih jauh kandungan dan isi dari kitabnya tersebut.

Sebenarnya, bila kita telaah ayat per ayat dalam Al Qur’an, keraguan akan keabsahan dan kualitas materi kitab ini bisa terjawab dengan mudah. Maka, hanya orang-orang yang mengamati dan memperhatikan Al Qur’an dengan cermatlah, yang akan mendapatkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan kebenaran Al Qur’an pada setiap penemuan ilmiah yang diperoleh oleh manusia.

Al Qur’an menganjurkan manusia untuk mencari ilmu pengetahuan yang terdapat di langit dan bumi. Namun tentulah hal tiu jangan sampai menyimpang dari apa yang telah digariskan dan dibatasi oleh Allah SWT sebagaimana tetera dalam Al Qur’an.

Beberapa bukti autentik dari penelitian-penelitian ilmiah tentang alam yang telah dilakukan sampai saat ini, setidaknya telah menjadi bukti bahwa kandungan Al Qur’an tentang ilmu dan fenomenanya sangatlah benar apa adanya. Maka, sebaiknya mulai saat ini seluruh umat islam dan seluruh kamu ilmuan sadar, bahwa kandungan Al Quran tentang ilmu pengetahuan tidak dapat diragukan lagi. Damn tentulah hal ini ditujukan pada, penguatan akan adanya pencipta Al Qur’an itu sendiri, yang tiada lain adalah Allah SWT.

“MAHA BENAR ALLAH DENGAN SEGALA FIRMNANYA”



DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’anul Karim
Arifin, Bey, 1991, Mengenal Tuhan, Srabaya : PT Bina Ilmu
Deedat, Ahmad, 2003, Al Qur’an Mu’jizat Yang Tak Tertandingi, Jakarta : Pustaka An-naba
Harun yahya, 2010. http://www.harunyahya.com
Rini Aisyah, 2006. http://islam-ku.blogspot.com
Read More

Rabu, 14 April 2010

| |
0 komentar
  PENTINGNYA TAKSONOMI DAN KONSERVASI






Disusun oleh : 
ADNAN ANSHORI                07017006


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2009




PENDAHULUAN
Keterpurukan bangsa Indonesia yang terjadi selama ini diantaranya disebabkan karena kesalahan dalam mengelola potensi kekayaan alam terutama keragaman sumber daya hayatinya (biodiversitas). Modal dasar yang dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa berupa keragaman hayati tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga tidak memperoleh manfaat maksimal dalam pemenuhan kebutuhan hidup bangsa.

Cagar alam sebagai salah satu kawasan konservasi memiliki fungsi pokok sebagai pengawetan keanekaragaman hayati dan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan. Perlindungan cagar alam banyak mengalami hambatan yang disebabkan oleh pembatasan akses, sehingga memicu konflik kepentingan antara pengelola kawasan dengan penduduk (Yunus, 2005).

Begitu banyak potensi alam Indonesia yang melimpah tidak tersentuh, namun tak sedikit pula penduduk yang memderita kelaparan, kekurangan gizi dan lain-lain. Sesuatu hal yang seharusnya tidak harus terjadi jika kita sebagai penerus bangs dapat lebih giat untuk mencari ilmu guna menunjang pengolahan potensi alam Indonesia.

Cagar alam yang seharusnya dapat sebagai penyangga system kehidupan, tidak dijalankan sebagaimana mestinya karena kepentingan manusia itu sendiri. Akibatnya kerusakan hayati banyak terjadi, jika kesetimbangan alam sudah hilang akibatnya banyak terjadi bencana yang menimpa bangsa ini. Banjir di musim penghujan, kekeringan dimusim kemarau kini telah menjadi hal yang biasa di umi pertiwi ini

PENTINGNYA TAKSONOMI DAN KONSERVASI TERHADAP BIODIVERSITAS INDONESIA


Indonesia sebagai salah satu dari tiga negara megabiodiversity memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, terdiri dari 11 persen spesies tumbuhan dunia, 10 persen spesies mamalia, dan 16 persen spesies burung (World Resources,2000-2001 dalam FWI dan GFW, 2001). Indonesia adalah negara subur makmur, disinari matahari sepanjang tahun dan curah hujan yang cukup, namun tidak memiliki prestasi dalam aspek produk dan iptek berbasis sumber daya hayati. Sangat ironis nampaknya, padahal sangat banyak potensi yang dapat di peroleh dari suber daya hayati Indonesia.

Potensi Biodiversitas Indonesia

Sebagai gambaran kasar tentang potensi biodiversitas dalam hal ini hanya dibahas beberapa contoh, misalnya jamur (cendawan) dan mangrove.

Jamur
Secara umum jamur adalah sebagai bahan pangan bergizi tinggi namun beberapa jenis bahkan ada yang berkhasiat obat dan sebagai bahan nutrisitika. Jamur yang terbesar diproduksi di seluruh dunia saat ini adalah champignon (Agaricus), Tiram (Pleurotus) dan Shiitake. Diantara negara-negara produsen jamur di dunia, China adalah produsen jamur terbesar terutama jamur eksotik seperti Shiitake (Aryantha, 2005).

Tahun 2004 pasar ekspor jamur China sudah mencapai 137 negara di dunia dengan nilai ekspor mencapai US$800 juta. Indonesia, meskipun merupakan negara dengan biodiversitas darat nomor 2 di dunia dengan iklim yang ideal, bahan baku berlimpah dan jumlah tenaga kerja yang besar, masih mengimpor jamur dari China dengan nilai 55,5 miliar rupiah per tahun. Sementara, data BPS menginformasikan bahwa nilai ekspor jamur Indonesia dalam periode 2000-2003 hanya berkisar di bawah 4 juta $US per tahun (Dimyati, 2005).


Jamur dikenal memiliki nilai nutrisi yang sangat baik sebagai bahan pangan. Korelasi tingkat kesehatan masayarakat dan umur harapan hidup masyarakat tampak ada kaitan dengan tingkat konsumsi jamur. Jepang termasuk bangsa yang memiliki harapan hidup paling tinggi di Asia (di atas 80 tahun) adalah pengkonsumsi jamur yang sangat besar, yang pada tahun 2000 mencapai 109.281 ton untuk jamur Shiitake sajaTercatat pada tahun 2004 Jepang mengimpor jamur dari China sebesar 87.722.085 kg dengan nilai U$ 263.106.855 (Tabel-6). Meskipun termasuk penghasil jamur yang besar juga, namun karena tingginya tingkat konsumsi jamur masyarakat Jepang, tidaklah mengherankan Jepang merupakan negara pengimpor jamur terbesar dari China. Tingginya animo masyarakat Jepang dalam mengkonsumsi jamur terutama Shiitake adalah karena keberadaan nilai gizi dan potensi kesehatan jamur Shiitake termasuk sebagai anti kanker (Yap, et al., 2004 dan Kumar & Lee, 2004).

Berbagai jenis jamur lokal memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan sebagai produk pangan dan nutrisitika. Salah jenis jamur yang dibudidayakan dan kembangkan sampai menjadi produk adalah dari jenis Ganoderma tropicum (Aryantha, 2005). Jamur ini telah dibandingkan kandungan senyawa aktifnya dengan jamur Ganoderma lucidum asal China, ternyata memiliki kadar yang tidak berbeda bahkan untuk senyawa triterpen tertentu cenderung lebih tinggi.

Mangrove
Manfaat utama hutan mangrove di kawasan pesisirdan estuaria adalah untuk mencegah erosi, penahan ombak, penahan angin, perangkap sedimen dan penahan
intrusi air asin dari laut. Peranan vegetasi mangrove di dalam lingkungan biologi adalah sebagai tempat pemijahan dan sebagai tempat asuhan bagi ikan dan biota laut serta habitat berbagai jenis burung (Sukardjo, 1985).

Secara fisik hutan mangrove berfungsi sebagaiperedam hempasan gelombang. Sistem perakarannyadapat berperan sebagai perangkap sediment dan pemecah gelombang. Hal ini dapat terjadi apabila didukung oleh formasi hutan mangrove yang belum terganggu atau kondisinya masih alami. Kerapatan hutan mangrove yang cenderung menurun maka fungsinya sebagai peredam gelombang juga akan cenderung menurun (Tjardhana dan Purwanto, 1995). Sistem perakaran mangrove dapat mengikat dan menstabilkan substrat di garis pantai sehingga garis pantai tetap stabil, akibatnya badan pantai akan terus meninggi. Penanaman dan perlindungan mangrove merupakan salah satu sistem pelindung kestabilan garis pantai secara alami agar tidak mengalami abrasi sehingga akan mendukung proses ekologi di kawasan pesisir. Menurut Davie dan Sumardja (1997), gelombang dan arus pada daerah pantai dapat menyebabkan abrasi dan perubahan struktur hutan pantai di kawasan pesisir. Gilman et al. (2006) menambahkan, hutan mangrove dapat menjaga kestabilan garis pantai dari hantaman gelombang, sehingga pantai tidak terjadi erosi yang disebabkan oleh pasang surut dan gelombang.

Vegetasi mangrove di kawasan penelitian pesisir timur Aceh disusun oleh 11 jenis. Keragaman jenis mangrove pada tahap pertumbuhan pohon dan pancang tergolong rendah, sedangkan semai tergolong sedang. R. mucronata lebih mendominasi kawasan penelitian pada tiga tahapan pertumbuhan mangrove. Tegakan mangrove di kawasan penelitian mampu memecahkan gelombang tsunami hingga 5 m (Suryawan Feri,2007).

Contoh pemanfaatan biodiversitas lain yang terkait dalam pemenuhan kebutuhan pokok manusia adalah dalam dunia pertanian dan perkebunan.

Penyebab penurunan dan kerusakan biodiversitas

Salah satu penurunan biodiversitas adalah karena adanya invansi besar dari suatu spesies yang mangakibatkan penurunan dan kepunahan komoditas spesies yang lain. Dalm jurnalnya (Haryanto, 1997) meneliti invansi langkap (Arenga obtusifolia) di Taman Nasional Ujung kulon, hasilnya secara nyata akan menurunkan keanekaragaman hayati, baik tumbuhan maupun satwa liar.

Kerusakan yang di lakukan oleh manusia itu sendiri, akibat dari keserakahannya gun memenuhhi kebutuhan hidup. Yang marak sekali terjadi adalah perambahan hutan yang tidak terkendali, misalnya yang terjadi di pulau di Kalimantan dan Sumatra. (Musfarayani, 2007) kerusakan hutan dikalimantan mencapai 5 juta ha (data ini diambil dari Kepala BadanPengelola dan Pelestari Lingkungan Hidup Daerah (BPPLHD), Kalimantan Tengah) di estimasikan akibat kerusakan tersebut terjadi penurunan salah satu jenis spesies yang dalam hal ini adalah orang hutan yang tingkat penurunannya mencapai 1000 ekor.

Penyebab lainya adalah bencana alam yang terjadi secara alami, pencemaran/polusi tanah perairan maupun udara. Eksploitasi jenis tertentu secara besar-besaran yang mengakibatkan kerusakan pada daerah tertentu.


Manfaat konservasi dan pentingnya taksonomi dalam biodiversitas

Untuk mempermudah mempelajari biodiversitas tumbuhan Indonesia diperlukaan adanya pengklasifikasian. Yang di maksudkan agar biodiversitas dapat dimanfaatkan seefektif mungkin, Salah satunya adalah dengan konservasi. Konservasi bertujuan agar biodiversitas tidak mengalami kerusakan yang mengakibatkan rusaknya suatu ekosistem ataupun punahnya suatu spesies. Kerusakan biodiversitas dapat juga berpengaruh pada manusia, seperti kelaparan, gizi buruk, kematian manusia akibat diterkam (dimakan) oleh binatang buas yang ekosistemnya telah dirusak oleh manusia itu sendiri dan lain-lain. Laporan media masa mengatakan bahwa lebih dari 50% orang Indonesia adalah mengalami kelaparan terselubung istilah lain dari kekurangan gizi (http://www.kbi. gemari.or.id).

Salah satu upaya konservasi adalah dengan didirikan cagar alam. Cagar alam sebagai salah satu kawasan konservasi memiliki fungsi pokok sebagai pengawetan keanekaragaman hayati dan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan. Perlindungan cagar alam banyak mengalami hambatan yang disebabkan oleh pembatasan akses, sehingga memicu konflik kepentingan antara pengelola kawasan dengan penduduk (Yunus, 2005).
Konservasi yang kuat didengungkan sekarang ini, sangat membutuhkan peran ahli takson, selain kebutuhan identifikasi taksonomi juga menyediakan reliable data tentang spesies terbaru, menyediakan data terbaru mengenai informasi habitat, distribusi dan kelimpahan serta tentunya tren populasi sepanjang waktu tertentu.
Kenyataannya, taksonomi telah mengalami impedensi (kendala), dimana terdapat hambatan dan tantangan, yang jika tidak diatasi akan membuat taksonomi tidak mampu menjalankan fungsinya. Kurangnya pendanaan, kecenderungan isunya tidak semenarik isu konservasi lainnya, menyebabkan regenerasi di dunia taksonom menjadi lambat. Selain itu, akses ke deskripsi asli dari spesimen-spesimen sangat kurang, belum lagi permasalahan terkait besarnya biaya yang dibutuhkan untuk koleksi lapangan dan lain sebagainya.
Beberapa hal yang dilakukan selama ini untuk “mengakali” penalahan yang dalam dari sisi taksonomi, cenderung membuat usaha-usaha konservasi mengalami insuficien infromasi, karena tidak mampu menjelaskan secara detail suatu spesies dan terutama fungsinya di ekosistem, terutama yang dilakukan oleh “parataxonomist’. Demikian pula teknik yang lebih modern melalui DNA “bar-coding”, teknik ini pun membutuhkan pengumpulan data lapangan dan ini berarti juga membutuhkan dana yang besar.
Kurangnya perhatian terhadap taksonomi juga terlihat jelas dalam dunia keilmuwan itu sendiri. Hal yang menyedihkan adalah dalam jurnal-jurnal ilmiah yang besar sekalipun hanya 1% jurnal yang mencover penelitian dari SEA (salah satu pusat dari negara berkembang, dengan keanekaragaman spesies paling besar), dan dari sekian banyak jurnal ilmiah ternama, rata-rata hanya 1 jurnal/tulisan yang membahas tentang spesies/temuan baru (Anonim.2009).
Meskipun semua orang tahu bahwa permasalahan pemenuhan kebutuhan dasar hidup manusia adalah pangan dan sandang, yang tiada lain adalah berasal dari keragaman sumber daya hayati (BIODIVERSITAS) namun masih jarang sekali orang yang tertarik untuk menekuni ilmu taksonomi.

PENUTUP

Pengelolaan biodiversitas (sumber daya hayati) lokal adalah mendesak untuk dilakukan guna memperoleh nilai kemanfaatan yang maksimal untuk kemaslahatan umat manusia secara berkesinambungan. Dalam pengelolaan biodiversitas perguruan tinggi setempat wajib mengambil peran secara proaktif dengan menggandeng semua pihak terkait. Para dosen / peneliti dengan dukungan institusi dan secara institusional semestinya menggunakan strategi penelitian dan pengembangan dengan pendekatan hulu-hilir dengan menjadikan kampus sebagai role of model dalam rangka komersialisasi produk iptek yang dihasilkan. Komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan secara optimal akan memberikan output yang signifikan terhadap keberlangsungan aktivitas riset secara mandiri dan berkelanjutan. Disamping itu, para peneliti akan memperoleh reward dan recognition yang memadai dari hasil-hasil penelitian yang berhasil dilisensikan. Materi kuliahpun dapat diperkaya dari hasil-hasil R&D dan akan memotovasi dan menumbuhkan jiwa-jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa.

Profesi peneliti dan taksonom akan semakin diminati di masyarakat sehingga dapat mempercepat proses kemajuan iptek di negeri ini. Interaksi antara laboratorium kampus dengan masayarakat industri akan semakin intens. Dari interaksi yang intens ini diharapkan dapat memperkuat usaha-usaha kecil menengah bahkan melahirkan perusahaan-perusahaan baru dalam menopang kemandirian industri. Akhirnya, perekonomian yang mandiri, stabil dan kuat akan tercipta sebagai sarana untuk mencapai cita-cita bangsa yakni masyarakat adil dan makmur.


DAFTAR PUSTAKA
Anomin,2009. Taksonomi penting bagi konservasi. http://www.goblue.or.id/taksonomi-penting-bagi konservasi/ 2juni 2009

Aryantha, I.P., 2005, Pengembangan produk kesehatan dari Shiitake, Prosiding Lokakarya Pengembangan Prpoduk Dan Industri Jamur Pangan, BPPT Jakarta 1-2 Agustus 2005

Davie, J. dan E. Sumardja. 1997. The mangrove of East Java: an analysis of impact of pond aquaculture on biodiversity and coastal ecological. Tropical Biodiversity 4(1):1-33.

Dimyati, A., 2005, Kebijakan Deptan dalam Pengembangan Jamur Pangan, Praworkshop Pengembangan Produk dan Industri Jamur Pangan Indonesia, BPPT Jakarta, 1-2 Agustus 2005.

Gilman, E, J. Ellison, and R. Coleman. 2006. Pacific island mangroves in a changing climate and rising sea. United Nation Environment Program and Secretariat of thePacific Regional Environment Program. Regional SeasReports and Studies No. 179: 1-58.

Haryanto.1997. Invasi langkap (arenga obtusifolia) dan Dampaknya terhadap keanekaragaman hayati di taman nasional ujung kulon, jawa barat. Media Konservasi Edisi Khusus, Hal. 95 -100

Musfarayani, 2007. Lima Juta Hektar Hutan Kalteng Rusak, 1.000 Orangutan Kalimantan Musnah. Kahiyu. Volume II - No. 2 

Sukardjo, S., 1985. Laguna dan vegetasi mangrove. Oseana 10 (4):128-137.

Suyawan .F. 2007. Keanekaragaman Vegetasi Mangrove Pasca Tsunami diKawasan Pesisir Pantai Timur Nangroe Aceh Darussalam. B I O D I V E R S I T A S jurusan biologi FMIPA Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH), Banda Aceh. Volume 8, Nomor 4 Halaman: 262-265

Tjardhana dan E. Purwanto. 1995. Hutan mangrove Indonesia.Duta Rimba 21: 2-17.

Yap, A.T., S. K. Chandramohan, M. L. N. Mary, 2004, Partially Purified Lentinam from Shiitake Mushroom (Lentinusedodes) still Retain Antitumour Activity, http://www.mushworld.com/medicine/list.asp?cata_id=6500

Yunus, L.2005. “Simbiosis Mutualisme: Masyarakat dan Kawasan CagarAlam.” Prosiding Seminar Nasional Membangun Teluk Bintuni Berbasis Sumberdaya Alam: pp 75-85
Read More

Selasa, 13 April 2010

| |
0 komentar
METABOLISME BAKTERI PEREDUKSI SULFAT

Kelompok fisiologik bakteri pereduksi sulfat, atau juga dinamakan disulfurikan atau bakteri sulfidogen, mempunyai ciri berupa kemampuan untuk memindahkan hydrogen substrat kepada sulfat sebagai aseptor electron terminal dan mereduksi sulfat menjadi sulfide. Proses ini memungkinkan terjadi transport electron: sitokrom c mengambil bagian pada proses ini. Energi diperoleh secara fosforilasi transport electron pada kondisi anaerob.

Karena jenis reduksi sulfat ini secara formal serupa dengan respirasi dengan oksigen sebagai aseptor hydrogen, disebut juga respirasi sulfat atau juga reduksi sulfat disimilatorik. Produk utama reduksi sulfat ini adalah hydrogen sulfida.
8 H + SO42- ------- H2S + 2 H2O + 2 OH-
Sebagian besar dari H2S yang terbentuk alamiah berasal dari reaksi ini. Kalau dibandingkan dengan bakteri pereduksi nitrat maka bakteri pereduksi sulfat merupakan organisme anaerob obligat dan terikat pada kondisi anaerob yang ketat.

Bakteri pereduksi sulfat merupakan kelompok fisiologik yang terciri oleh pembentukan H2S dari sulfat. Sebagai donor hydrogen berfungsi sebagai senyawa-senyawa sederhana berbobot molekul rendah , yang terjadi pada penguraian anaerob biomassa, terutama selulosa: laktat, asetat, propionate, butirat, format, etanol, asam-asam lemak berbobot molekul tinggi, dan hydrogen. Menilik cara pengolahan asam-asam organic dapat dibedakan 2 kelompok yaitu; . Anggota-anggota kelompok pertama mengoksidasi donor hydrogen tidak sempurna dan mengekskresi asetat. Termasuk kelompok ini adalah jenis-jenis species pembentuk spora Desulfotomaculum ( D. nigrificans, D. orientis, dan D. ruminis ) dan spesies yang tidak membentuk spora Desulfovibrio (D. vulgaris, D.sulfuricans, D. gigas, D. thermophilus dan lain-lain).2. Kelompok kedua mencakup spesies-spesies dan jenis-jenis yang mampu tumbuh dengan alcohol, asetat atau asam-asam lemak berbobot molekul tinggi atau benzoate dan malahan secara kemo-ototrof dengan hydrogen atau format. Kedalam kelompok ini termasuk pembebtuk spora ( Desulfotomaculum acetoxidans ) dan juga batang-batang yang tidak terbentuk spora ( Desulfobacter ), kok (Desulfococcus ), sarcina ( Desulfosarcina ) dan bentuk-bentuk benang yang bergerak dengan meluncur (Desulfonema).

Reduksi Sulfat

Hampir senua bakteri, fungus, dan tumbuh-tumbuhan hijau mampu tumbuh dengan sulfat sebagai sumber belerang. Organisme ini memperoleh sulfide yang diperlukan untuk mensintesis asam-asam amino yang mengandung belerang, dengan cara reduksi sulfat secara asimilasi. Langkah pertama sama pada pereduksi sulfat disimilatorik maupun asimilatorik. Kalau pada reduksi sulfat disimilatirik, sulfat yang diaktivasi langsung direduksi, pada reduksi sulfat asimilatorik reduksi sulfat baru terjadi pada langkah aktivasi kedua. Reduksi sulfat didalam sel dimulai dengan aktivasi sulfat yang membutuhkan energy oleh ATP ; oleh ATP sulfurilase ( Sulfat adenilitransferase ) sisa difosfat dari ATP ditukar dengan sulfat;
ATP + SO42- ----- Adenosin-5’-fosfosulfat + PPi
Difosfat dipecahkan oleh difosfatase. Adenosin-5’-fosfosulfat ( APS )merupakan produk dari aktivasi ini. Langkah-langkah selanjutnya berbeda-beda. Untuk reduksi sulfat secara asimilatorik, APS difosforilasi oleh APS-kinase dan ATP menjadi fosfoadenosin fosfosulfat ( PAPS ): baru sulfat yang telah diaktivasi secara rangkap ini akan direduksi melalui sulfit menjadi sulfide. Pada reduksi sulfat secara disimilatorik APS direduksi oleh APS reduktase menjadi sulfit dengan membentuk AMP.

Nampaknya reduksi sulfit menjadi sulfide pada berbagai bakteri dilakukan melalui alur yang berbeda-beda. Oleh sulfit reduktase sulfit langsung direduksi menjadi sulfide dalam langkah enam electron , tanpa pembebesan senyawa-senyawa antara.Pada reduksi jenis ini seperti juga pada reduksi sulfit asimilatorik nampaknya ada keikutserataan senyawa-senyawa porifin-besi umum ( DEsulfovridin, Desulforubidin). Menurut mekanisne kedua ,sulfit direduksi dalam 3 langkah yang terjadi secara berurutan, menghasilkan 3 produk intermediar bebas ( tritionat dan tiosulfat ). Untuk ini dibayangkan bahwa electron-elektron untuk reduksi sulfit disediakan melalui sitokrom ( pada beberapa bakteri sitokrom b dan beberapa bakteri sitokrom c).

Fosforilasi Transport Elektron

Asumsi bahwa ada fosforilasi transport electron pada desulfurikan karena dapat ditunjukkan sitokrom dan protein –protein belerang-besi di dalam dan pada membrane sitoplasma dan ada perolehan energy dalam jumlah besar.Dibandingkan dengan sitokrom lain,sitokrom c mempunyai potensial redoks yang luar biasa (E0 = -205 mV )dan terdapat pada sisi luar membrane atau didalam ruang periplasma.
Jenis-jenis bakteri pereduksi sulfat yang sampai sekarang sudah diteliti benar mempunyai hidrogenase konstitutif ( H2 : sitokrom c3 oksidireduktase ), yang dapat dan mengaktivasi H2 maupun membebaskannya.Beberapa bakteri pereduksi sulfat tumbuh dengan H2 dan sulfat sebagai satu-satunya sumber energy. Kemampuan untuk mereduksi sulfat dengan H 2, dengan memproduksi sejumlah besar H2S tanpa pertumbuhan yang berarti, mungkin merupakan sifat kebanyakan bakteri pereduksi sulfat.
Transport electron dari hydrogen molekul sebagai donor hydrogen dengan mereduksi 1 mol sulfat menjadi 1 mol sulfida nampaknya terkait pada regenerasi 3 mol ATP , 2 mol diantaranya terpakai untuk aktivasi sulfat.

Oksidasi sulfat klasik

Oleh bkteri pereduksi sulfat yang klasik , sebagai contoh Desulfibrio vulgaris, substrat-substrat organic pada akhirnya tidak dioksidasi menjadi H2O dan CO2, tetapi diekskresi sebagai asetat. Bakteri-bakteri ini tidak memiliki siklus asam trikarboksilat yang lengkap. Di antara bakteri yang baru-baru diisolasi terdapat beberapa jenis yang dapat menguraikan asetat, asam-asam lemak berantai panjang dan juga benzoat.

Asimilasi substrat organic

Energi metabolism yang diperoleh dengan fosforilasi transport electron memungkinkan terjadi senyawa-senyawa organic ( asam-asam organic , asam-asam, amino, campuran-campuran kompleks). Banyak stan mampu mensintesis bahan sel dari asetat dan karbon dioksida , apabila hydrogen molekul berfungsi sebagai donor hydrogen. Asimilasi zat-zat organic pada proses oksidasi donor hydrogen anorganik disebut kemolitoheterotrof. Fiksasi CO2 melalui siklus calvin tidak dapat dinyatakan.

Peragian tanpa sulfat

Beberapa desulfurikan juga mampu mengubah laktat atau piruvat tanpa sulfat. Sebagai ganti oksidasi piruvat yang berlangsung sebagai berikut:
4 CH3-CO-COOH + H2SO4------ 4 CH3-COOH + 4 CO2 + H2S
Terjadi sebuah peragian dengan pembentukan H2:
CH3-CO-COOH + H2O------- CH3-COOH + CO2 + H2
Desulfurikan terkenal sebagai peragi potensial karena peragian laktat ini.

Pembiakan dan pengisolasian

Untuk membiakkan bakteri pereduksi sulfat diperlukan larutan biak yang mengandung donor hydrogen tertentu, substrat yang diasimilasi, mineral-mineral dan sulfat, harus diusahakan kondisi anaerob dan potensial redok yang cukup rendah ( E’0 = -200 mV ).

Penyebaran dan peran desulfurikan dalam kerumahtanggaan alam

Bakteri pereduksi sulfat terdapat terutama dalam lumpur kotor, dimana bahan-bahan organic mengalami penguraian anaerob. Desulfurikan nampaknya khusus diadaptasi terhadap asam lemak , asam oksi, alcohol, dan hydrogen peragian yang terjadi pada penguraian tidak sempurna dari karbohidrat. Massa H2S yang dibebaskan dalam alam harus dipandeang sebagai produk akhir respirasi sulfat. Perairan yang tercemar mengandung 104 sampai 106 desulfurikan/ ml, sedangkan lumpur kotor 107/ ml.

Belerang yang layak ditambang ( di Texas, Louisiana dan Meksiko )bukan berasal dari gunung berapi tetapi merupakan endapan belerang biogen dari massa geologic dahulu kala. Dengan mereduksi sulfat air laut dengan limbah organic ( air cucian) dengan pertolongan Desulfovibrio dapat dihasilkan H2S dan dengan demikian belerang jika diperlukan.
Yangmemiliki arti ekonomi yang lebih besar adalah pengkaratan anaerobic dari besi yang dilakukan oleh Desulfovibrio secara tidak langsung. Dalam lingkungan lembab terjadi polarisasi besi pada kondisi anaerobic:

1. Oksidasi besi
4 Fe + 8 H+ ----- 4 Fe2+ + 4H2
Pada keadaaan normal lapisan H2, melindungi besi agar tidak mudah dirusak lebih lanjut. Tetapi kalau ada sulfat dan desulfurikan, maka terjadi depolarisasi katodik, dan besi akan dioksidasi tanpa ada oksigen.
2. Reduksi Sulfat
4 H2 + SO42- ------ H2S + 2 H2O + 2 OH-
3. Pengendapan besi;
4 Fe2+ + H2S +2 OH- + 4 H2O ---- FeS + 3 Fe (OH)2 +6 H+
Penjumlahan 1-3 :
4 Fe + SO42- + 2 H2O + 2 OH+ ---------- FeS + 3 Fe (OH )2

Kerusakan pada pipa-pipa besi yang terjadi denagan cara demikian cukup besar. Kemampuan desulfurikan untuk mengolah asam-asam organic , alcohol, hydrogen bahkan H2 yang terbentuk pada polarisasi besi sebagai donor hydrogen , dimanfaatkan pada biak pengkayaaannya.

Desulfovibrio juga bertanggungjawab untuk kadar H2S yang tinggi pada kedalaman di bawah 200m dari laut hitam dan untuk warna hitam airnya oleh pengendapan besi. Akhirnya dapat dilihat pada cat hitam gondola pada Canale grande di Venesia sebagai tindakan pencegahan terhadap perubahan warna pada cat logam berat yang disebabkan oleh H2S.
Desulfotomaculum ruminis ikut serta pada pembentukan H2S dalam perut besar pemamah biak.

Pembentukan hydrogen sulfide oleh reduksi belerang

Sudah sejak lama diketahui bahwa suspense ragi yang meragikan gula, mengikutsertakan serbuk halus belerang yang dibubuhkan didalam pusaran pereduksian-pereduksian biologic dan menghasilkan H2S. baru saja ditemukan, beberapa bakteri mampu tumbuh dengan elemen belerang sebagai aseptor hidrogen untuk transport electron anaerob.Pada proses ini belerang direduksi menjadi H2S. Peristiwa ini disebut sebagai respirasi belerang.
Yang telah dikarakterisasai sampai sekarang ialah Desulfuromonas acetoxidans . bakteri ini yang bergerak dengan cemeti yang tertancap lateral dapat dibiakkan dan diisolasi dari air laut pada kondisi anaerob dalam larutan mineral yang mengandung asetat dan dicampur dengan serbuk halus belerang. Desulfuromonas acetoxidans mengoksidasi asetat atau etanol menjadi CO2. Desulfuromonas acetoxidans berbeda pada kebanyakan spesies Desulfovibrio , karena mampu mereduksi belerang dan mampu melakukan endo-oksidasi substrat organic. Kebanyakan spesies Desulfovibrio hanya mampu mereduksi sulfat atau sulfit tetapi tidak belerang,dan laktat misalnya hanya dioksidasi dengan membentuk asetat. Desulfuromonas acetoxidans, mengandung suatu sitokrom c7 dengan potensial redok rendah dan suatu 4 Fe-4 S- Protein. Bakteri ini mempunyai enzim siklus asam trikarboksilat.
Bakteri ini dapat hidup dalam asosiasi sintrof dengan bakteri-bakteri belerang hijau fototrof, yang didalam cahaya mengoksidasi H2S menjadi belerang dan memfiksasi CO2.
Referensi :
Schlegel, Hans G.,1994. Mkrobiologi Umum.UGM Press : Yogyakarta.
Read More